Cemburu? (Dibalik C[D]erita Anak Magang) FIKSI
BUKAN
BAGAIMANA CARA MELUPAKAN MANTAN, TAPI BAGAIMANA CARA BERTAHAN & MENYEMBUNYIKAN
DARI DIA RASA CEMBURU YANG TIBA-TIBA KEMBALI DATANG.
Begitulah
Icha, anaknya rada aneh. Tapi walaupun
seperti itu dia adalah sahabat terbaik yang pernah gue punya, dia selalu mau bantuin gue dalam kesusahan,
terutama saat dompet sudah kurus, dia
udah kayak ATM berjalan buat gue. Dan sebagai sahabat yang baik gue juga
demikian, gue juga sering bantu-bantuin dia, gue sering nemenin dia belanja,
gue sering antar jemput dia kuliah. Ya arti sahabat gue ke Icha lebih kayak
majikan sama sopir pribadi.
Gue
ke depan rumah, lalu membukakan Icha pagar sambil memasang muka asem, kenapa gak
langsung paggil aja coba dari tadi. Kami
duduk di kursi pelastik di depan rumah, Icha lalu ngasih gitarnya ke gue.
“Ini
kenapa bisa gak setim lagi gitar lo, kan baru dua hari yang lalu gue setimin
cha.”
“Kemarin
setingan senarnya di puter ade gue dit,” jelas Icha “jadi gak nyatu deh suara
gitarnya sama suara merdu gue.”
Mendengar
Icha bilang suaranya merdu, gue jadi ingat beberapa hari lalu telinga gue hampir
keluar nanah, karena mendengar rekaman Icha nyanyi sambil ngejreng-ngejreng
gitar gak jelas diakun Soundcloud-nya, rekaman itu mirip suara pingwin lagi
kesurupan.
Ini lanjutan dari cerita-cerita
sebelumnya:
ü Bubur Ayam
Selamat membaca dan menikmati tulisan
yang kadang ada typo-nya ya :p
|
“Eh
dit, lagu ini bisa lo gitarin gak?” Icha langsung memutarkan satu lagu dari
Iphone-nya.
Aku… aku terlalu mencitaimu
Terlebih ku menggilaimu
Salahkah ku..
Sejenak
gue terdiam. Mendengar sedikit liriknya saja gue sudah tahu itu lagu siapa.
Karena lagu itu, adalah lagu kesukaan seseorang. Gue ingat pernah nyanyi lagu
itu waktu lagi teleponan. Dan.. gue barusaja beberapa jam yang lalu bersama
orang tersebut.
“Lagu ini kesukaan Dia Cha,” kata gue
tiba-tiba, dengan nada rendah. “Gue tadi siang baru aja jalan sama Dia.”
Icha
yang awalnya melihat gue heran, lalu mengerti apa yang gue maksud.
“Si Dia dit?” Icha menghembuskan
nafas berat “Abis kemana lo sama Dia tadi...”
Gue menarik nafas cukup panjang dari
hidung dan mengembuskannya lewat mulut, ekspresi mengeluh.
Jadi,
tadi siang gue baru jalan sama Dia (mantan pacar), nemenin beli Printer baru di
Gedung Sultan Suriansyah, kebetulan disana lagi ada Pameran Komputer dan lagi
ada Promo alat-alat elektronik. Gak ada
janji sebelumnya, tiba-tiba aja tadi siang Dia kerumah dan gue kebetulan lagi
santai sambil main gitar di depan rumah. Gue heran juga kenapa Dia ngajak gue
jalan mendadak gini, tapi yang gue tahu, gue benar-benar senang bisa nemenin Dia
tadi siang di awal-awal, dan meresa gak nyaman kemudian.
Kami
pergi ke Gedung SUSU (Sultan Suriansyah) kira-kira pukul 14.00 WITA, naik mobil
Honda Freed Dia. Setelah sampai di
gedung SUSU dan memarkir mobil, kami turun dan menuju ke dalam gedung yang
sudah terlihat banyak pengunjung.
Saat
mau memasuki area pameran, gue melihat kearah wajah Dia dengan sedikit
mendongkakkan kepala. Gue baru sadar
ternyata Dia lagi menggunakan sepatu high heels, walaupun tidak terlalu tinggi,
tapi itu cukup membuat gue terlihat pendek dari pandangan Dia. Gue benar-benar merasa terintimidasi.
“Kak kayaknya banyak banget deh di
dalam pengunjungnya,” Kami memperhatikan dari depan pintu masuk pameran, “Kita
ke tempat lain aja yu, dede jadi takut kalau ada pencopet atau apa.”
Mendengar
Dia berkata seperti itu, gue ngerasa perlu menunjukkan kejantana gue selama ini
ke Dia.
“Tenang de, tenang. kakak bakalan jagain dede ko, tenang.”
Gue
lalu ngambil posisi jalan di depan Dia, mengawasi dari sisi
kiri-kanan-depan-belakang, sudah kayak security. Lalu saat kami masuk ke dalam pameran, ada
yang nyolek gue dari samping dan berkata.
“Mas nya…” gue berbalik. “Mas nyaa
ayo cobain alat pijet punya eke, gretong loh.”
“MAAMAAA ADA SETANN MAMAAA! SECURITY
MANA SECURITY! KIJOKO BODO MANA TOLONGGG!!!”
Gue
buru-buru sembunyi di belakang punggung Dia, dan sialnya si Dia malah ketawa.
“Ayo kak cobain aja, gretong loh.”
Dia niru gerakan tangan si Bencong yang melambai-lambai sambil tersenyum.
“Gak
suka huhu… ( / T~T)/ ” gue geleng-geleng sambil nangis.
Entah
kenapa gue merasa popularitas Bencong di Banjarmasin lebih banyak dari
laki-laki, kemana aja gue pergi hamper selalu bertemu dengan makhluk setengah
dewa ini. Dan tentunya Icha ketawa banget pas gue ceritain itu.
“Hahaha…. Tumben lo dit sama bencong
takut, kan biasanya suka.”
Gue
milihat Icha tertawa dengan mulut yang cukup lebar, rasanya pengin gue masukkin
gitar ke mulutnya.
“Mau gue lanjutin gak nih?”
“Eh, iyaya lanjutin-lanjutin.” Icha
menaruh kedua tangannya ke mulut menahan tawa.
Setelah
melihat-lihat ke beberapa stand yang ada menjual printer, akhirnya kami dapat
printer yang kualitasnya bagus. Dia
membayar di kasir, lalu gue membawa printernya.
“De kita duduk di atas dulu ya
bentar,” kata gue sambil mengangkat printer.
“Boleh kak, tapi kita beli minum
dulu ya.”
“Ohh iya dede tungguin aja di atas,
biar kakak yang beliin.”
Si
Dia cuman mengangguk pelan. Kasian
banget kayaknya kecapean, gue bisa melihat ada sedikit air keringat di
pelipisnya dan leher, hawa di tempat ini memang agak panas, maklum sudah mulai
ramai.
Tidak
lama gue menghampirinya sambil membawa dua botol kaleng fanta. Kami lagi duduk di
bagian atas gedung Susu, dimana terdapat banyak kursi yang hampir mengelilingi
seisi gedung ini.
Gedung
ini biasa dibilang gedung serbaguna, sering dipakai untuk acara kawinan,
pameran, event daerah, atau wisuda.
Karena gedung Susu tepat berseberangan dengan Kampus UNLAM Banjarmasin.
Gue
ngasih fanta ke Dia.
“Makasih ya kak,” kata Dia sambil
tersenyum manis seperti biasanya, yang bisa melumpuhkan lutut gue.
Saat menghirup
fanta, beberapa menit kami saling terdiam.
Yang terdengar hanyalah suara-suara pengunjung pameran yang sudah kayak
gerumbunan tawon lagi arisan.
Pelan-pelan gue melirik kearah Dia yang selalu terlihat cantik.
Hari
ini Dia tidak memakai kerudung, rambut sebahu ala POLWAN yang wangi menghiasi
wajahnya, Dia menggunakan t-shet putih dengan lengan pendek, dan celana jeans
biru yang terlihat bagus di kaki nya, dan tidak lupa sepatu height heel yang
sudah membuat gue kayak ngomong sama keteknya kalau lagi berdiri.
Walaupun
pakaian terlihat casual itu tidak mengurangi kadar kecantikannya, akantetapi…
wajahnya sedikit berbeda, Dia, terlihat sedikit-agak-gelap. Ada apa ini?
Pelan-pelan
gue coba membuka suara mau bertanya, tapi keburu Dia potong.
“Kenap…”
“Kak, aku ini kenapa ya?” kata Dia
tiba-tiba, pandangannya terlihat kosong.
“Dede lagi sakit?” Tanya gue
hati-hati.
“Kak, kayaknya dede lagi suka sama
Ferdian.” Dia menghembuskan nafas berat.
Otak
gue tiba-tiba berputar dengan sendirinya, siapa itu Ferdian?
“Dia teman sekelas dede kak,”
terjadi jeda sebentar. “Belakangan dede dekat sama Ferdian. Awalnya sih dia yang duluan deketin dede, dan
dede merasa agak risih. Karena dede tahu kak, dia itu cowok yang baung
(baung: dalam bahasa remaja Banjarmasin, sebutan untuk cowok yang suka ngelirik
dan cari perhatian cewek, bisa dibilang playboy).”
Dia
mengusap keringat di lehernya sambil mengayunkan rambut sebahunya kearah kanan.
Dengan
berinisiatif sendiri, gue lalu mengambil brosur yang ukurannya cukup besar,
yang kami dapat waktu ngunjungin beberapa stand tadi, dan mengipaskannya ke Dia
pelan-pelan.
“Ya kalau sudah tahu tu cowok baung,
cuekin aja dee. Jauhin aja cowok kayak itu.”
“Awalanya dede juga mau gitu kak,
lagian dede juga sudah punya Kevin.” Dia lalu menatap gue dengan wajah yang
sedikit mendung, lalu berbalik “Tapi… malah sekarang dede yang suka nyariin
Ferdian kalau dia gak gangguin Dede.”
Sesaat
gue terdiam, berfikir kira-kira apa yang seharusnya gue ucapkan. Ferdian.
Kayaknya cowok itu berhasil buat Dia tertarik dengannya. Gue mulai penasaran
seperti apa tampang cowok yang Dia maksud.
“Cowok itu gimana emang tampangnya
de?”
“Dia itu ganteng banget kak, badanya
tinggi, bentuk tubuh porfosional, putih bersih, wangi lagi. Pokoknya perfect
banget deh kak.” Kata Dia kelihatan semangat menggambarkan seperti apa bentuk
cowok tersebut sambil tersenyum tipis.
Gue
melihat kearah fisik sendiri, lalu mencium ketiak sendiri, kemudian koma dua
bulan.
Oke
dari segi fisik kayaknya gue jauh banget sama cowok yang Dia gambarin. Terutama
bangian tinggi badan, warna kulit, dan bau badan.
“Coba liat kak, ini instagram
Ferdian.”
Dia
memperlihatkan foto cowok itu dari akun instagram-nya, gue melihat seorang
cowok memakai celana jeans hitam sedikit sobek di bagian lutut kanan, pakai
baju kaos oblong kerah v putih, sambil memegang jaket kulit hitam yang
kelihatan sangat mahal, dan background fotonya lapangan pesawat terbang.
Kampret, gue harus akuin ini cowok emang jauhhhhhhhhh lebih keren dari.. ahh
sudahlah (“-___-).
Gue
mengingat foto instagram terakhir gue, foto pakai sarung, dengan baju singlet
putih, berpose megang Ayam dengan background kandang Ayam. Oke gue lebih mirip
bandar saung Ayam.
“Dia
kemarin perhatian banget kak sama dede.” Dia lalu menatap gue dengan mata yang
sendu “Kemarin waktu dede lagi sakit di sekolah, dede pergi ke ruang PMR
isterahat disana, gak lama Ferdian datang. Dia nemenin dede, bawain obat sama
air aqua, jagain Dede sampai pulang sekolah.”
Oke
disini udah kayak drama-drama anak sekolahan FTV, gue mulai bete. Tuh cowok sok
perhatian banget kayaknya sama Dia, sok bawain obat segala, nemenin sampai
pulang lagi, kenapa gak gue aja yang nemenin Dia. Ahh gue jadi kesel sendiri.
Sebenarnya
gue gak pengin banget si Dia cerita kayak gini ke gue, telinga gue jadi panas
sendiri, perasaan gue jadi aneh sendiri. Tapi kayaknya gak bisa, gue harus jadi
pendengar yang baik untuk Dia.
“Dan
yang spesial,” Dia mengangkat bibir tipisnya, senyum. “Ferdian sempat elus
kening Dede Kak, padahal waktu itu Dede pura-pura tidur.”
AAAaaarrrgggg!!!
Sarungtinju mana sarungtinju?!
Sialan,
gue aja waktu masih pacaran sama Dia gak elus-elus keningnya. Ya Tuhan
kenapaahhh?! Hidup ini gak adil *Drama*.
Gue
pasang muka kesal, lagi-lagi Icha ketawa ngakak.
“Haduh
Dit, kasian amat hidup lo.” kata Icha sambil ketawa.
“Sialan
lo Cha,” kata gue datar sambil memutar tali senar kesel.
“Lagian
Dia aneh banget, kan udah punya cowok, kok malah suka sama cowok lain.”
“Gue
gak tahu Cha, tadi sih gue kasih saran aja buat ngejauhin cowok itu terus
ngingetin dia kalau sudah punya gue, Eh.. Kevin maksudnya.” Gue sok ngingetin
tentang Kevin. “Lagian gue gak kalah ganteng sama tu cowok.”
Gak
lama setelah gue ngomong itu si Icha muntah paku.
Akhirnya
gitar Icha sudah setim. Gue coba memetik senar gitar saturpersatu secara
teratur. Malam ini gue menyadari ada perasaan aneh setelah Dia bilang kalau suka
sama cowok Baung itu..
“Dit,
gue rasa lo tetep gak beruba.” Kata Icha tiba-tiba sambil memandang gue.
“Maksud
lo?”
“Iya.
Lo masih gak berubah, maksud gue, lo cemburu kalau Dia deket sama cowok lain.”
Gue tertunduk, gak berani menatap Icha. “Gue sahabat lo dit. Gue tau banget
gimana semua cerita lo sama si Dia mulai awal sampai sekarang.” Icha menatap
gue serius “Sebagai sahabat gue harus jujur. Lo kembali dalam zona gagal move
on kawan.”
Tiba-tiba
gue merasa udara malam ini membuat bibir jadi kaku. Apa yang dikatakan Icha ada
benarnya juga, gue masih suka ngehubungin Dia, gue gak bisa menyembunyikan
kebahagiaan saat bertemu dengannya, dan gue juga gak bisa menyembunyikan
perasaan ini kalau gue sebenarnya cemburu.
Dan
disini gue juga mulai tahu kalau Dia, tidak sekuat yang gue bayangkan, tidak
sesetia yang gue kira dengan Kevin, dan masih belum sedewasa yang gue harapkan.
Ini adalah salah satu contoh betapa sulitnya LDR, dan gue juga sadar banget, kalau
kedekatan kami selama ini, disaat Dia lagi LDR dengan Kevin. Gue merasa seperti
orang peganggu diantara hubungan mereka.
Akan tetapi setelah gue dan Dia selesai membahas tentang
Ferdian, Dia bilang kalau sudah mulai bosan dengan hubungannya sama Kevin yang
terpisah jarak. Dan lucunya, gue malah ngebujuk Dia agar tetap mempertahankan
hubungannya dengan Kevin. Cowok yang membuat gue memutuskan Dia, dulu.
“Dee, kamu gak boleh kayak gitu,” gue berkata pelan
sambil tersenyum menatap Dia.
“Kakak...” Dia menatap gue.
“Jangan biarin hubungan jarak jauh kalin ini putus begitu
aja cuman gara-gara dede gak tahan LDR. Kakak rasa ini semua cuman karena dede
merasa kesepian, gak ada yang nemenin jalan, kurang diperhatiin.” Gue
melebarkan senyum “Jangan hawatir dee masalah itu, kan disini ada kakak yang
celalu nemenin cetiap caat.” Gue ngedipin mata sok imut.
Dia tertawa lepas.
“Aduh Kak, kok mukanya mirip bencong yang tadi ya
hehee...”
Akhirnya wajah yang tadi mendung berganti dengan senyuman
manis Dia, ah memang ada pelangi setelah hujan turun. Gak apalah gue dikatain
bencong, yang penting bisa buat Dia ketawa kayak gini. :)
“Eh..
minggu depan ikut gue ya ke Banjarbaru,”
“Wah
tumben banget ngajak gue jalan,” Icha nyengir.
“Kita
gak berdua. Kita bakalan pergi sama Dia.”
Sesaat
Icha menatap gue dengan mata terbelalak.
“Dia
ngajak gue sama elo jalan? Gak salah tuh.”
“Ya..
sebenarnya sih Dia-nya gak ngajak.”
“Lah
terus?”
“Jadi
kita ke Banjarbaru bukan jalan-jalan, tapi bantuin si Dia jualan di Murjani
(Taman kota di Banjarbaru yang selalu ramai), bantu-bantu jualan aksesoris sama
baju gitulah di mobil Dia.”
“Ohh
gitu kiraiin…” Icha mendengus “Tapi lo gak harus ajak gue juga kali, kan
Dia-nya gak ngajak gue.”
“Urusan
itu gampang aja, lagian kalau cuman gue sama Dia di mobil entar ada rajia 3 in
1 gimana?”
“Ooh..
maksud lo gue di ajak biar sekalian jadi joki 3 in 1 gratisan gitu...” Icha
masang muka asem.
Gue
cuman bisa ngakak melihat ekspresi wajah asem Icha.
“Yaa
iya juga sih hehe, tapi kan lo orangnya bore (bore adalah banyak omong atau
cerewet dalam bahasa Banjarmasin).”
“Gak
ada hubunganya pendek!”
Diam-diam
gue mulai berfikir apa yang Icha katakan ada benarnya juga, kali ini gue
kembali dalam zona gagal move on.
Malam
ini kami akhiri dengan sebuah lagu, sebuah lagu yang membawa gue ke masalalu
lagi bersama Dia “dulu”. Tahta –
Tempat yang paling indah. Dan gak lama kami bernyanyi listrik mati dan terjadi
badai, sepertinya semesta tidak ingin kiamat datang lebih awal.
Haaa. Gile, ini seriusan fiksi? boong nih pasti broh. Keren tulisannya, sendu-sendu haru gimana gitu. :p
ReplyDeleteduaratus rius bang -___-"
Deletesendu-sendu hanyut diatas sungai ya hha
Apa pula itu sendu-sendu hanyut. Hahaha. Tapi serius, keren ini. Mbuat novel aja Dit. dilanjutin lagi DAM-nya. :))
Deleteinsya Allah bang, emang kepikiran kayak gitu udah hhe
Deletekeding apaan? kok gue mikirnya yang enngak2 yah? -_-
ReplyDeletekening mas maksudnya, saya perbaiki dulu -..-"
Deletengomong2 emang artinya apa?
*Kasih sarung tinju*.
ReplyDeletekita pukuli rami2 yo om?
Deleteknp gak Icha aja loe jadikan pelipur lara Dit...??
ReplyDelete:P
cukup dijadiin atm berjalan has haha
Deletewanjiiiir teganyaaa.....
Deletekali saja sebenarnya dia suka ma km dit....
(jangan pede)
bahahaha
Deletemungkin juga has kayak gitu, tapi dia takut gue tolak x))
Mantap bro postingan nya wan tamplte nya....salam orang banua...
ReplyDeletemakasih bro, salam blogger banua!
Deleteudahh, pacaran sama Icha aja. hahaha. Gile ya dit, saya baca cerita kamu ini bener2 remaja bgt deh. beneran kayak film FTV, abege bgt deh. hihihi. sambil senyum2 sendiri saya baca di kantor.. tapi ini ciri khas kamu sih, yg membuat saya selalu pengen baca :D
ReplyDeletewaah komentar kayak gini yang saya mau haha
Deletemakasih kak komen2nya udah mau baca sampai habis juga.
lain kali kasih kritikan juga ya hhe
Banyak lho orang-orang yang jadian sama sahabatnyaaa. Hayooooo. (ini apaan sih gue dateng2 udah ngomong beginian, hahaha) salam kenal bro~
ReplyDeletebahaha karakter Icha saya buat nyata, cuman jadi sahabat sejati disaat kantong kering :p
Deleteini fiksi beneran apa kisah nyata si penulis? :)
ReplyDeletefiksi meba -..-"
Deletekeren, dit.. :D
ReplyDeleteAlhamdullilah, makasih yaaa
DeleteFiksinya seperti nyata.
ReplyDeletenyata seperti fiksi halah..
DeleteUrusan itu gampang aja, lagian kalau cuman gue sama Dia di mobil entar ada rajia 3 in 1 gimana?”
ReplyDelete?
DeleteKeren banget tuh sampe digodain bencong segala.
ReplyDeletekeren dari mana masss  ̄︿ ̄
DeleteBanyak yg gak percaya kalo ini fiksi, termasuk saya hihi.
ReplyDeletepercaya aja deh.. percaya ya. gak percaya gak musruk lo
DeleteBukan bagaimana cara melupakan gebetan, tapi bagaimana cara bertahan nungguin gebetan <<< ini versi aku kak hihihi
ReplyDeleteKeren nih fiksinya kak, eh tapi ini bukan fiksi tapiiii ini kisah nyata sepertinya :D
yahh curhat inyaa hahaa
Deleteini lagi satu kd percaya -.-
keren nih !
ReplyDeletegue sampe geregetan ><
kenapa ga sama si icha aja ? jadinya kan gak galau-galaun mulu :D hehe
biarkan dia menjadi atm berjalan saya hahaa
DeleteHahaha. Ini pasti kisah nyata. Nggak percaya gue! :))
ReplyDeleteAsik nih, tulisannya enak dibaca. Gue serasa lagi baca buku nih.
Alhamdullilah kalau suka, makasih masss :D
Deletewah, seru banget, hehehe. semoga nanti bisa move on ya! :D
ReplyDeletebahaha kita liat aja lanjutannya kak :p
Deleteasik, gue cukup capek bacanya, tapi asik. apalagi kalo berbau cinta segitiga kayak gitu :))
ReplyDeleteAlhamdullilah suka bang :D
DeleteJujur ini fiksi, bang? Jujur ngga?! Jujur ngga?! *cari sarung tinju* #plak
ReplyDeletekita cari ring tinju yuu...
Deletejer samalam rasanya hdk ampih pakai kata2 gue2 dan sebangsanya, hahaha
ReplyDeletedibedakan om tulisan2nya hhe, kalau cerita fiksi kaya ini kd mungkin ulun olah, loco jadinya hhe
Deletekok ichanya sebegitu baik banget ya jadi atm berjalan eh sahabat maksudnya, hehe...
ReplyDeleteini beneran cerita fiksi bang? :D
iya beneran -..-"
Deletekeren, berkualitas dan bermanfaat banget gan :)
ReplyDeletehahahaha..
ReplyDeleteasleeee kereeeen (y)..
seruuuuu :)
Alhamdullilah makasihh x))
Deletewaaaah komentarnya rame yah, pasti tulisannya menarik -_-
ReplyDeletedibaca dong bang :p
Deletemantap kali bacanya, pengen gue curi ceritanya, tapi harus kreatif ya gak ? wow deh
ReplyDeletesalam kenal ya :) mampir gihh
haha harus kreatif dong :p
Deletesalam kenal jugaa
Kk ada dimana saat sahabat gak bisa jadi pacar
ReplyDeleteapaan ini -_-
DeleteTertarik gak jadiin cerita itu jadi FTV? hahaha,,,
ReplyDeletehaha gimana mau dibuat mas, ceritanya terlalu panjang dan ribet, gak mungkin jadi FTV
Deletebikin novel bikin novel, kerreeeeen hahahaha
ReplyDeleteGue udah bikin satu kok :v
Delete