Sepotong Obrolan Masa Depan

 
Entah waktu yang terlalu cepat atau memang kami yang terlalu larut dalam waktu, sampai-sampai semua berubah terlalu cepat.

foto ini diambil ketika kami mengadakan reuni SD sebelum bulan puasa.

Siang hari di bulan ramadhan ini membuat gue dan Dyan tidak membuang banyak tenaga untuk berbicara. Sehingga lebih banyak waktu jeda yang terjadi, alasan puasa yang membuat kami juga berpuasa untuk banyak ngoceh. Alasan klasik memang, tapi ini membuat kami untuk membuat pembicaraan menjadi lebih ada artinya.


”Yan, lo masih inget gak waktu kita kelas satu esempe, apa yang kita lakuin di bulan puasa?” tanya gue ke Dyan yang sedang memainkan BB-nya.

Dyan tertawa pelan, matanya memandang langit-langit terasa rumah gue.

”Kita sering pergi ke gramedia, baca komik gratis, tapi niat sebenarnya cuman pengen ngadem karena di rumah panas.”

”Setelah itu kita pergi main PS sebentar dan gak kerasa udah mau magrip,”

”Iya sampai rumah tinggal buka puasa deh haha...”

Gue dan Dyan tertawa lepas.

Dyan adalah teman pertama gue di SMP, waktu SMP jerawat mulai menghiasi wajah gue dan rambut gue masih belah pantat. Kami masih akrap sampai sekarang, bisa dibilang gue dan Dyan sudah kayak saudara. Waktu SMP gue dan Dyan sudah sering bareng-bareng, kami sering pulang sekolah naik sepeda bareng, waktu isterahat kami sering ke kantin bareng, kalau lagi kebetel pengin kencing kami sering kencing bareng.

”Lo masih inget kejadian di gramed kemarin,” kata gue masih terselip tawa, ”ada nenek-nenek chaines yang mau bawa lo pulang, dia mengira lo cucu nya.”

”Uhh iya tuh, gue sempet di seret-seret untung cucu aslinya cepet datang.”

Teman gue yang satu ini mukanya mirip orang China, mata yang sipit, warna kulit putih, dan hidung agak ke dalem (baca: pesek) membuat susah dibedakan antara orang China dan orang-orangan sawah.

Tiba-tiba saja suasana yang tadinya lebih banyak jeda, sekarang malah diisi oleh potongan-potongan masa putih biru. Gue dan Dyan setuju kalau masa SMP adalah yang paling indah kami lalui, bagaimana tidak saat kami sudah menginjak bangku sekolah menangah atas semuanya jadi berubah. Kami jadi tidak pulang bareng lagi, tidak ke kantin bareng lagi, dan tidak kencing bareng lagi, karena memang kami berbeda sekolah. Entah kenapa rasanya ini berjalan terlalu cepat, rasanya baru kemarin kami menikmati bulan puasa dengan pergi ke gramedia cuman untuk ngadem, dan sekarang kami sudah mau jadi Mahasiswa aja.

Kali ini kami kembali terpisah, bahkan lebih dari beda sekolah, tapi beda Daerah. Gue melanjutkan pendidikan kuliah masih di Banjarmasin, sedangkan Dyan akan kuliah di Palangkaraya. Ini sudah pasti akan lebih membuat kami akan jarang ngobrol. Gue menghembuskan nafas berat.

”Gak kerasa ya, kita sudah tua, sudah mau jadi mahsiswa.”

"Iya, gue merasa waktu terlalu cepat berlalu,"

"Mahasiswa ohh mahasiswa semoga gue cepet pasang toga hhe." kat ague asal.

”Kira-kira kalau sudah selesai kuliah kita gimana ya?”

Di tengah obrolan masa lalu itu perlahan matahari tertutup oleh awan, tiba-tiba saja angin berhembus kencang, padahal tadi cuaca sangat panas dan cerah, tidak ada yang bisa menebak perubahan cuaca ini. Pertanyaan Dyan membuat gue termenung sejenak, perlahan gue membayangkan apa saja kemungkinan yang terjadi dimasa yang datang kepada kami, tepatnya setelah kami lulus kuliah. Terlalu jauh memang, tapi menghayal dan menyusun rencana dimasa yang akan datang apa salahanya? Toh menghayal gratis, daripada baru menyusun rencana setelah lulus kuliah.

”Gue sih berharapnya kita bakalan sukses di jalan masing-masing.”

Yang ada dipikiran gue waktu itu adalah, walaupun kami sudah seperti saudara dan kami terbiasa bersama-sama, tapi kami punya cita-cita yang berbeda, kami punya jalan dan cara masing-masing dalam menempuh masa depan, kami punya cita-cita yang tidak sama, dan itu artinya kami tidak selamanya bersama. Walaupun kami bisa dibilang seperti saudara, toh saudara juga tidak bisa menjami masa depan kita. Kalau kita merasa akan aman karena ada saudara itu sama saja seperti menggantungkan jemuran di dalam rumah, belum tentu kering. *ngomong-ngomong gue bicara apa ya?*

****

Sore ini gue sedang berada di kedai bambu merah, gue bersama teman-teman SD sedang mengadakan acara buka puasa bersama. Walaupun hanya sedikit teman yang bisa berhadir, tapi suasana cukup berisik, cukup untuk menghilangkan selera makan orang-orang di kedai ini karena ulah lawakan teman gue yang mubazir untuk tidak diketawain.

Wisnu seorang teman yang rambutnya kayak Andika kangen Band membuat suasana menjadi berisik karena lawakannya. Dulu saat masih SD Wisnu tidak seperti ini, dia adalah anak yang bandel dan suka usil di kelas, entah kenapa sifatnya sudah berubah sekarang. Begitu juga teman gue Reza, tidak jauh beda dengan Wisnu bandel dan suka usil, tapi sekarang dia jadi agak aliman jadi anak yang penurut. Sedangkan gue... dulu gue anak yang pendiam dan suka temenan sama cewek, jadi jangan heran kalau ada buku diary di bawah bantal #eh.

Kedai ini menjadi pilihan tempat kami berbuka karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah-rumah kami. Acara buka puasa bersama yang penuh dengan canda membuat waktu yang kami habiskan tidak terasa begitu cepat berlalu. Selesai dari acara itu kami tidak langsung pulang, kami bersantai di rumah salah satu teman yang rumahnya tidak jauh dari kedai. Sama seperti gue dan Dyan tadi, hampir tidak ada kata jeda untuk kami bercanda dan tertawa, sampai akhirnya gue membuat satu topik obrola di tengah candaan.

        ”Lia, lo keterima kuliah dimana?”

        ”Di Unlam dit, administrasi bisnis,” kata Lia menjelaskan dengan semangat ”Gue mau nyambung jurusan di SMK kemarin.”

Diantara semua teman yang gue punya, gue paling kagum dengan Lia. Bagaimana tidak, sejak kepergian kedua orangtuanya, dia tidak terpuruk terlalu lama dalam kesedihan seperti kebanyakan orang, dia anak yang cepat bangkit dari keterpurukan, semangat hidup dan kegigihannya yang dia miliki, membuat dia bisa dibilang sudah mampu hidup mandiri, gue iri sama teman yang satu ini.

Satu persatu teman-teman yang lain juga ikut gue tanyaain. Akbar teman dekat Wisnu sejak kecil, dia akan kuliah di Solo. Sedangkan Wisnu sendiri kuliah di Poliban masih di Banjarmasin. Naila teman cewek yang semas SD sering minta di ajarin Matematika sama gue, mengatakan dia kuliah di Unlam sama seperti Lia hanya saja Naila masuk jurusan Bahasa Inggris. Dita seorang teman yang murah senyum kuliah di STIENES. Lalu Septi teman dengan mata seperti celengan babi masih menunggu pengumuman, dia baru saja mengikuti tes jadi Perawat.

”Eh lo sendiri jadi kuliah disana dit? Sudah keterima?” tanya Naila.

”Iya gue jadi kuliah disana, di fakultas Dakwah.”

”Serius lo dit?!” tanya Wisnu cukup nyaring seakan tidak percaya. ”Tampang kaya lo gini mana ada buat jadi ustad hahaha” Semua teman-teman gue ketawa.

”Kampret lo wis...”

Tidak ada satupun orang yang tahu seperti apa masa depannya, walaupun dulu sudah ada rencana. Seperti sekarang ini, satupun tidak ada yang mengira ataupun bisa membayangkan kalau gue bakalan jadi ustad, gue sendiri juga tidak menyangka akan memilih fakultas itu. Mungkin dipikiran mereka bukan berdakwah yang akan gue lakuin di Masjid, tapi curhat tentang mantan pacar #tsehhh.

Dalam kebersamaan hangat yang jarang terjadi itu, kami coba mengingat kembali masa-masa putih merah. Kami tertawa sendiri saat membayangkan kejadian-kejadian yang sudah kami lakukan ketika SD, nulis-nulis puisi cinta, sering ngejek nama orangtua, berdiri di depan kelas, sering naruh permen karet di atas kursi, berkelahi, dan masih banyak lagi.

Selagi yang lain sibuk menertawakan kelakuannya masing-masing, gue juga ikut-ikutan membayangkan apa saja yang terjadi dulu. Yang gue ingat gue adalah murid baru, gue anak pindahan dari Muara Teweh. Gue masih ingat ketika pertama kali melangkahkan kaki di kelas baru, semua mata tertuju kepada gue, bagaimana tidak hari pertama masuk SD yang baru, gue harus membalut tangan kanan seperti kue molen. Tangan kanan gue patah.

Otomatis gue ibaratnya cuman sekolah duduk, soalnya susah nulis pakai tangan kiri. Gue masih ingat saat ada pelajaran yang diwajibkan semua siswanya menulis, kalau tidak menulis maka tidak diperbolehkan pulang, mengetahui info itu dari teman sebangku, gue langsung mengambil buku dan pensil, lalu mencoba menulis dengan tangan kiri. Dan hasilnya, Alhamdullilah gue pulang paling akhir dengan tulisan yang gak jauh beda sama tulisan dokter. Semasa SD gue termasuk dalam anak yang pendiam, dan entah bagaimana ceritanya sekarang malah seperti babi lepas. Gue suka diem di kelas, diem-deim gak lama kencing sendiri.

Satu persatu gue memandang teman-teman gue, tidak terasa kami calon maba (Mahasiswa Baru). Waktu sudah membuat kami tumbuh, dan waktu sudah membuat kami mengalami banyak perubahan. Sekarang kami bukan anak kemarin sore lagi. Kami sekarang sudah punya jalan dan cita-cita masing-masing yang harus di wujudkan, gue hanya bisa berharap kami semua bisa mewujudkanya. Amin


~(^.^~)(~^_^~)(~^.^)~

Selamat ulangtahun Kemerdekaan Negeri ku Indonesia Dan Mohon Maaf Lahir batin blogger :)

Comments

  1. bitter sweet. ada senyuman tapi ada tangis juga *loh kok curcol*

    ReplyDelete
  2. Fakultas Dakwah ya?
    ta' pikirnya kamu bakal ngambil jurusan IT..
    mwehehehe

    sukses ya^^

    ReplyDelete
  3. @ombrad yahh ko bisa gitu om hha

    @eva fak dakwah jurusannya TI hha

    ReplyDelete
  4. Sampai Jumpa di kampuuus Dit lah,,


    aku lawas kada ke Fakultas nah ^_^

    ReplyDelete
  5. Akhirnya blog kamu bisa dibuka. kemaren-kemaren kok gak bisa ya? dialihin keiklan manaa gitu.
    Aku lupa, kemaren kamu di dakwah ambil jurusan apa? jangan salah lho, pas udah masuk IAIN, aku juga akhirnya tau, kalau ternyata, jurusan dakwah itu memang jurusan yg lebih ke IT dan penyiaran. mereka ada ruang siaran sendiri, terus juga anak-anaknya jago bahasa Inggris gilaaak. kemaren waktu porseni institut, yang juara-juara pidato bahasa Inggris dari dakwah beberapa, salah satunya temen seangkatanku. Terus waktu porseni juga, lomba desain blog, kata senior-senior, yang juara tiap tahun pasti blog dari dakwah.
    Jadi, fakultas dakwah itu sering disalah artikan dengan fakultas yang nantinya bakal jadi ustadz, padahal kalo diperhatiin dakwah lebih ke penyiaraan umum dit. kalau kamu udah tau syukur, kalau belum tau, ya cuma bantu ngasih tau, biar semangat :D
    Oiya, ada 1 tuh film pendek 10menita an hasil sanggar Bahana (sanggar IAIN) yang ternyata kolaborasi dengan fakultas dakwah, bagus banget lho filmnya...

    ReplyDelete
  6. cieeeeh #loh?

    i was visiting your blog.. (y)

    ReplyDelete
  7. enak ya masih bisa ketemuan sama temen SD.
    sama temen SMP aja gue udah jarang, sudah sibuk atau sok sibuk dengan kegiatannya masing-masing :)_

    ReplyDelete
  8. jadi ngiri deh sama adit , bisa reuni bareng temen SD .
    kalo aku sih kalo mau reuni harus balik dulu ke bandung haha .
    sukses trus ya :)

    ReplyDelete
  9. Pertama makasih inspirasinya, Dit.... Gue jadi pengen nulis hal sama gara2 tulisan ini... Thank's .... ^^

    Simak yah >> http://adf.ly/C8uao


    Btw kalau lu ambil jurusan dakwah, luh harus kurang2in tuh menggalau soal mantan... :P

    ReplyDelete
  10. baru kali ini gue baca tentang hal yang sama ketika gue dan febby harus berpisah dengan jarak dan waktu...

    semua berawal dari hal konyol, tp nantinya, suatu saat itulah harta peninggalan terindah kita...

    "sebuah cerita dan kenangan"

    ReplyDelete
  11. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    Bersabarlah dalam bertindak agar membuahkan hasil yang manis.,.
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    ReplyDelete
  12. kenalin yg pake baju pink yg berdiri tu donk Gas...?
    kayaknya cakep tuh...
    :P

    ReplyDelete
  13. Waaah sayangnya domain dot com kam lenyap dit,

    ReplyDelete
  14. wahh semoga jadi Pak Ustad yang baik, wekekeke..

    ya begitulah waktu memang kadang terasa cepat berlalu tapi kadang rasanya lama sekali apalagi kalau lagi nungguin sesuatu..

    sukses deh mas dengan apa yang ingin dicapainya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang nungguin apa kug lama sekali :P

      *ini komen malah ga komen ke entrinya malah komen ke komen lain*

      Delete
  15. huhuuu sama dit gua kalo mo nostalgia kok kayaknya cepet yah tiba-tiba uda jadi anak kuliah aja hiks, kalo buat gua sih masa paling indah bukan SMP tapi SMA.

    duh, berasa tua. :')

    ReplyDelete
  16. Kunjungan pertama gan, sukses aja dengan blog nya ya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima Kasih sudah membaca dan berkunjung, mari berkenalan : Profile Penulis