Jingga di Penghujung Juli

Malam ini sebenarnya mau nulis lanjutan postingan sebelum ini, yaitu tentang startup. Tapi niat itu kayaknya gue urungkan setelah nggak sengaja melihat lima artikel populer terakhir di blog ini. Satu artikel lama dengan judul “Ada Penampakan” yang gue posting pada tahun 2011, mendadak gue jadi kangen dan membaca sebagian tulisan lama yang mungkin seadainya mereka adalah sebatang bunga, tulisan itu mungkin sudah menjadi bangkai.


Rata-rata dari apa yang gue tulis di masa lalu adalah benar-benar tulisan keseharian gue, apa lagi pas tahun 2011 masa di mana gue menjalani magang sebagai anak SMK dan dari sana blog ini mulai ramai dikunjungi. Mendadak gue jadi kangen sama teman seperjuangan ngeblog beberapa tahun lalu, tapi sayangnya sekarang mereka sudah punya jalan masing-masing, lalu meninggalkan blog mereka.

Berhubung lagi kangen-kangen masa dulu, jadi malam ini gue akan curhat aja tentang aktivitas hari ini. Gak penting banget emang hahaa... gue cuman lagi kangen berat, malam ini spesial nulis kayak awal-awal ngeblog aja, nulis tentang kejadian atau aktivitas hari minggu ini.

Dear Diary...

Bentar, bentar... mau keramas dulu.

Hari minggu terakhir di bulan Juli ini di awali dengan bangun pukul sembilan pagi, waktu yang normal menurut gue setelah enam hari harus bangun pagi berturut-turut. Zaman yang sudah berubah, dimana kalau dulu tiap bangun tidur ku – terus – mandi sekarang malah jadi bangun tidur ku – terus – ngecek notification smartphone.

Dengan nyawa yang belum terkumpul dan mata yang cuman sebelah terbuka, gue coba mengingat jadwal hari ini. Gue ingat hari ini harus datang ke undangan kawinan kakak nya si Riski Melinda, teman satu komunitas di Pena Blogger Banua. Lalu gue buka dan scroll LINE ada chat dari teman putih merah gue si Lia, gue baru ingat kalau jauh-jauh hari sudah ada janji barengan datang ke kawinan kakak nya Power Ranger Pink.

Hari minggu adalah hari bahagia untuk perut dan dompet, bisa makan gratis banyak-banyak tanpa keluar duit. #Eh

Btw... pas ke kawinan kakak nya PRP gue ngerasa cukup nyaman. Dimana tamu yang datang dipisah antara cowok dan cewek, nggak ada pelaminan yang biasa gue liat di acara pernikahan pada umum nya. Yang ada malah gue mendapati pengantin pria si Abang nya PRP menyambut tamu dengan senyuman bahagia ala pengantin baru di depan tenda masuk.

Setelah cukup lama di kawinan kakak nya PRP dan ngobrol asik sama pacarnya Lia, gue langsung ngecek grup dan anak-anak yang mau ke acara kawinan kakak nya Riski sudah siap-siap berangkat. Gue, Nuka, Alam, dan Radhian berangat kesana kami ketemuan di persimpangan jalan dekat panti asuhan yang dua tahun lalu kami singgahi buat bikin acara buka puasa bersama. Radhian gue persilahkan memimpin jalan karena gue nggak tau persis dimana lokasi rumah Riski.

Rumah nya berlokasi di Sungai Andai dan disini gue jadi kangen masa-masa gue SMP, dimana gue berangkat sekolah pakai sepede tua ditemani musik mp3 dari HP jadul, dan berangkat setelah orang selesai sholat subuh. Iya, dulu enak banget, gue bisa tidur pukul sepuluh malam dan bangun subuh. Rasanya seneng banget, apa lagi pas subuh-subuh turun hujan. Sepedaan pakai jas hujan menuju sekolah, hahaa.

Setelah selesai menghabiskan piring ke dua di tempat yang berbeda, gue iseng tanya-tanya ke Riski soal perumahan di daerah ini. Gue tanya mulai dari biaya bulanan, uang muka, kondisi rumah, dan lain sebagainya yang Riski sendiri nggak terlalu tau jawabannya.

                “Setau gue sih... kalau daerah sini karena tanah rawa tiang bawah rumah nya kudu yang kuat, kalau nggak bisa berasa banget goyang pas ada truk yang lewat. Paling cocok kayu ulin atau orang luar kalimantan kenal nya kayu besi.” Gue ngomong sambil memperhatikan tiang-tiang bawah salah satu rumah.

                “Iya, sih kak. Berasa banget biasanya, untung nggak rubuh hihi.” Kata Riski.

                “Ya nggak bakalan lah, itu cuman karena tanah disini kan daerah rawa aja.”

Nggak cuman ngejelasin soal itu, gue juga jadi tiba-tiba lancar banget ngomongin soal rumah ke Riski, Nuka, Alam, dan Radhian pas mereka tanya-tanya. Gue juga iseng mengomentari soal perumahan di daerah rumah Nuka yang menurut gue cukup strategis dan punya harga jual cukup tinggi buat investasi.

Di tengah jeda gue yang keasik ngomong soal rumah, Radhian nyeletuk

“Wahh... Adit sudah siap banget kayaknya, buat nyusul kakak Riski.”
Hahahaa... Sial.

Sebenarnya sejak awal tahun tadi gue sudah cukup sering mencari info soal kredit rumah, kadang di waktu senggang gue keliling sendiri naik motor ke komplek orang, ke kantor Developer buat tanya persyaratan dan lain sebagainya soal kredit rumah. Tanpa orang itu ketahui.

Nggak jarang gue juga suka iseng cari di Google soal Perumahan Murah di Indonesia dan suka tanya juga sama Guru-guru yang baru aja ambil kreditan rumah. Bapak Rusdian salah satu guru di tempat gue mengajar yang beberapa bulan lagi mau nikah, cerita soal dia yang baru aja beli pintu dapur.

Gue ketawa sendiri melihat ekspresi muka beliau saat bercerita kalau harga pintu yang nggak terlalu gede itu harganya bisa mahal “Pantesan waktu kecil Bapak saya marah-marah pas tau pintu rumah saya coret pakai krayon.” Ya Allah, gue jadi ngerasa berdosa dulu suka gambar di pintu rumah.
Bukan cuman soal itu, Bapak Rusidan juga cerita pas beli peralatan rumah tangga yang kecil-kecil kayak sapu, ember, gayung, tempat sabun, lampu, dan lain sebagaianya bisa menghabiskan uang cukup banyak.

Menurut gue, punya rumah walau cuman tipe 36 punya kebanggan tersendiri. Punya rumah dengan hasil jeri payah sendiri, ya... walau pun pada akhirnya harus berjuangan untuk diri sendiri, hmm... pendih, ya. Pada akhirnya harus berjuang sendiri tanpa alasan.

Dan akhir pekan di penghujung bulan Juli 2016 gue tutup dengan bersantai di salah satu cafe pinggiran Sungai Siring Martapura. Segelas hot chocolate dan novel 11:11 karya Lucia Priandarini menemani jingga yang berganti dengan gelap.

Jadi minggu terakhir di bulan Juli kalian ngapain?

Comments

  1. wow di akhir bulan ditutup dengan makan gratis. Pas banar pang soalnya bulan tuha jua haha. Iih nih Adit mulai berpengalaman soal rumah-rumahan. jangan2 handak jadi duta komplek(?)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima Kasih sudah membaca dan berkunjung, mari berkenalan : Profile Penulis